Home Blog Manis Pahit Menjalankan Perusahaan Rintisan (Startup) di Indonesia Uncategorized Manis Pahit Menjalankan Perusahaan Rintisan (Startup) di Indonesia InCorp Editorial Team 11 Februari 2023 4 reading time Table of Contents Sektor teknologi Indonesia telah menikmati peningkatan aktivitas modal dan bisnis. Sisi Manis Sisi Pahit Kesimpulan Sektor teknologi Indonesia telah menikmati peningkatan aktivitas modal dan bisnis. Memiliki populasi lebih dari 260 juta jiwa, kelas menengah yang terus tumbuh dan akses terhadap ponsel, Indonesia sedang membentuk ekosistem fintech, membantu banyak perusahaan rintisan, terutama yang bergerak di bidang transportasi dan e-commerce. Baca juga: Fintech di Indonesia Memulai perusahaan di pasar yang sedang berkembang seperti Indonesia tidaklah mudah. Pengusaha harus mengambil keputusan kompleks setiap hari sementara akses terhadap informasi terkini masih terbatas. Artikel ini meringkas segala yang investor perlu tahu sebelum mengambil langkah untuk menjalankan perusahaan rintisan di Indonesia, sisi manis dan pahitnya. Sisi Manis Investasi Indonesia memiliki pasar online terbesar di Asia Tenggara dan memiliki transaksi Venture Capital (VC) terbanyak di antara pasar yang berkembang sejak 2012. Raksasa bisnis seperti Expedia, Alibaba, JD.id, Tencent Holdings dan Rakuten Ventures memasukkan miliaran dolar ke Indonesia, mencoba mencicipi nikmatnya pasar yang sedang berkembang. Pada 2015, Indonesia menerima 31 juta USD untuk VC yang diungkapkan dan jumlahnya melonjak menjadi 631 juta USD hanya dalam waktu satu tahun. Pada September 2017, investasi mencapai 3 miliar USD. Baru-baru ini Indonesia berada di posisi pertama dalam kategori “pasar rintisan”, studi yang dilakukan oleh CB Insights. Studi ini mencakup 50 negara, yang didefinisikan sebagai “pusat VC di luar tempat-tempat di mana VC ini berfokus.” Jakarta Jakarta menjadi kota teratas untuk perusahaan rintisan, memimpin di depan Dubai, Vienna, Istanbul, Kuala Lumpur dan Bangkok. Di level dunia, hampir 60% VC diberikan untuk perusahaan-perusahaan AS, diikuti Inggris, Tiongkok, India, Jerman dan Kanada. Pasar Menyangkut pasar; Indonesia juga mendapatkan semakin banyak perhatian dari perusahaan-perusahaan rintisan internasional. Selain itu, penggunaan internet tumbuh semakin cepat di Asia Tenggara dibandingkan belahan dunia lain, dengan 124,000 pengguna online setiap harinya dalam lima tahun ke depan, menurut studi yang dilakukan Google. Indonesia telah membentuk pasar ponsel terlebih dahulu yang unik, yang diharapkan mencakup lebih dari separuh pasar e-commerce Asia Tenggara pada 2025 dengan nilai sebesar 46 miliar USD. Pemerintah Presiden Indonesia Joko Widodo sangat mendukung inovasi digital dan dukungannya mempercepat pertumbuhan digital di Indonesia. Rencana Jokowi adalah menciptakan 1,000 perusahaan rintisan teknologi lokal yang bernilai total 10 miliar USD pada 2020. Sisi Pahit Rendahnya penetrasi kartu kredit Banyak sekali penduduk Indonesia yang tidak memiliki rekening bank dan hanya segmen kecil yang memiliki kartu kredit. Talenta Menurut International Labour Organization, Indonesia menghadapi tantangan-tantangan untuk memenuhi kebutuhan akan keahlian-keahlian yang dibutuhkan tenaga kerjanya pada era globalisasi, teknologi baru dan pola kerja yang berubah ini. Bank Dunia berpendapat bahwa pendidikan yang berkualitas rendah menjadi salah satu penyebab rendahnya keahlian berpikir dan bertindak saat menjalankan perusahaan rintisan. Baca juga: Mempekerjakan Tenaga Kerja di Indonesia Birokrasi Menurut AFP, Indonesia merupakan salah satu negara terburuk untuk birokrasi perusahaan rintisan. Untuk lebih jelasnya, dibutuhkan rata-rata lima prosedur dan lima hari untuk membentuk sebuah entitas di AS, di Denmark Anda hanya membutuhkan waktu 5 menit dan akses internet. Sementara itu, Anda perlu melewati sembilan prosedur dan 47 hari di Indonesia. Sebagai hasilnya, Bank Dunia menempatkan Indonesia di posisi 72 di dunia dalam kategori kemudahan menjalankan bisnis. Logistik Infrastruktur transportasi Indonesia yang masih belum memadai memberikan banyak kesempatan bagi perusahaan rintisan, namun kualitas jalanan yang kurang baik dan alamat yang tidak jelas menjadikan proses ini sulit dijalankan. Perilaku Konsumen Di pasar yang berkembang dan Indonesia, studi yang dilakukan TechInAsia menunjukkan bahwa pasar cenderung membeli produk dan jasa yang telah memperoleh posisi di pasar lain. Oleh karena itu, penduduk Indonesia berada di kategori “pengguna terlambat”, menjadikannya lebih menantang untuk menjalankan konsep-konsep inovatif. Rendahnya Jumlah Ruang Co-Working Kebanyakan ruang co-working di Indonesia berlokasi di ibu kota Jakarta serta Bali. Jika perusahaan Anda tidak berlokasi di salah satu kota besar di Indonesia, akan terasa menantang untuk menemukan ruang co-working yang dapat memenuhi kebutuhan Anda. Kesimpulan Menjalankan sebuah perusahaan rintisan itu sulit. Menjalankan perusahaan rintisan di pasar yang sedang berkembang lebih sulit lagi. Pantas saja banyak pengusaha di Asia Tenggara akan memprioritaskan model bisnis yang telah terbukti untuk mengurangi ketidakpastian yang mereka hadapi. Seperti yang pernah dikatakan oleh Patrick Grove: Berlari sejauh 1,000 mil per jam lah yang memenangkan hari. Di pasar yang sedang berkembang, bukan inovasi yang memenangkan pertarungan, tetapi eksekusi yang cepat.” Indonesia adalah kasus yang luar biasa. Lingkungan bisnisnya memberikan begitu banyak tantangan sehingga pebisnis asing lebih baik tidak berinvestasi di negara kepulauan ini. Namun, banyak pemodal dan pengusaha yang tetap bersikap optimis. Jendela kesempatan ada di sini dan terbuka lebar. Akankah Anda mengambil kesempatan tersebut? Artikel orisinilnya ada di Greenhouse yang tersedia di sini. Read Full Bio Daris Salam COO Indonesia at InCorp Indonesia With more than 10 years of expertise in accounting and finance, Daris Salam dedicates his knowledge to consistently improving the performance of InCorp Indonesia and maintaining clients and partnerships.